Kebenaran atas dasar kemanusiaan
yang tidak disandarkan pada ketuhanan
lalu kita terus bertanya
siapa yang benar
di celah onar
Yang menganggap dia seteru
kini boleh bersorak gembira
dan pada yang menganggap rakan
ada titis air mata
Sebelum sempat sujud Subuh
menyerahkan diri pada Yang Esa
jasad sudah tak bernyawa
roh sudah tiada
Perginya dalam persoalan
masih ada yang bertanya
ramai juga yang percaya
serahkan kepada Tuhan
biar Dia yang menentukan
sudah bukan lagi urusan kita
sudah bukan lagi kuasa insan
Tapi ingatlah
bahawa asas lumrah kehidupan
memang kaca bukan intan
tapi asal usul berlian
kalau tersepak di jalan
tak ada siapa yang nak simpan
Sunday, December 31, 2006
Saturday, December 30, 2006
Entah
Entah di mana indahnya
kalau sekadar kata-kata
sekejap di belakang
sekejap di depan
tunggang terbalik
tegak tersungkur
Sekadar memendekkan sedepa
lalu jadi sejengkal
tak ke mana tingginya
malah tersangat dangkal
Tuang abjad atas kertas
melimpah sebaris saja
yang kering tetap kering
yang basah takkan kontang
Habis di mana indahnya?
Entahlah
kalau sekadar kata-kata
sekejap di belakang
sekejap di depan
tunggang terbalik
tegak tersungkur
Sekadar memendekkan sedepa
lalu jadi sejengkal
tak ke mana tingginya
malah tersangat dangkal
Tuang abjad atas kertas
melimpah sebaris saja
yang kering tetap kering
yang basah takkan kontang
Habis di mana indahnya?
Entahlah
Wednesday, December 27, 2006
Senja Sudah Tiba
Senja sudah tiba
membawa seram
membawa geram
menanti malam
Senja sudah tiba
melakar langit merah
sendawa kenyang
usai hari diratah
Senja sudah tiba
namun ada punggung masih kebas
menindih batu menatap mentari
melapik tanah menanti mati
membawa seram
membawa geram
menanti malam
Senja sudah tiba
melakar langit merah
sendawa kenyang
usai hari diratah
Senja sudah tiba
namun ada punggung masih kebas
menindih batu menatap mentari
melapik tanah menanti mati
Thursday, December 21, 2006
Rasa Hati
Jangan beri aku tubuh
melainkan dengan cinta
biar luruh segala rasa
biar badan punah binasa
biar putus nafas dan nyawa
Jangan beri aku nikmat
melainkan dengan cinta
sampai pedih tulang belikat
jauh terbenam tangkai azimat
dan bertaburan dendam kesumat
Apakah pada fikiranmu
aku hanya mahu nafsu
sedang rasa bisa menyala
sedang hati bisa merana?
Wednesday, December 20, 2006
Just Say No
If to you I am but a nuisance
and my love is but a grievance
then speak up the good riddance
just say no
If I am standing still in your way
or unknowingly hoping for an unwelcome stay
then fear not to chase me away
just say no
Guessing is so uncertain
obscuring hopes with prediction
nothing compares to unambiguous utterance
just say no
Monday, December 11, 2006
Ada Rindu
Ada dingin dalam rasa
sedingin suasana
ada bisik dalam suara
aku rindu padanya
Aku tak mau sepi begini
sedang engkau menjauhkan diri
begitu payah menahan hati
rinduku padamu setiap hari
Biar kau puas bersamanya
dan biar dia puas bermesra
biar anakanda dan bonda
jangan ada aku di antaranya
sedingin suasana
ada bisik dalam suara
aku rindu padanya
Aku tak mau sepi begini
sedang engkau menjauhkan diri
begitu payah menahan hati
rinduku padamu setiap hari
Biar kau puas bersamanya
dan biar dia puas bermesra
biar anakanda dan bonda
jangan ada aku di antaranya
Pulut
Adat mengundang berpekerti
Adat bertandang berbahasa
Kami datang membawa budi
Bukan datang mencabar bahasa
Ada raja bersama kami
Ada istana hendak dibina
Memang ada harta milik kami
Tapi untuk kurnia permaisurinya
Hadir kami membelah bukit
Untuk tuan hajat dibawa
Datang kami membina masjid
Jangan tuan merobohkannya
Santun kami ada budinya
Sopan kami ada sabarnya
Pantun ini bukan isinya
Raja ini untuk permaisurinya
Garang sungguh pendekar Melayu
menggenggam tangan menjadi bara
Pantang sungguh anak Melayu
Menadah tangan meminta-minta
Pantang sungguh anak Melayu
Menadah tangan meminta-minta
Pantang sungguh anak Melayu
Menghalang niat membina istana
Menjunjung sirih memangku hati
Menatang rasa mengharap sudi
Menjunjung kasih setulus budi
Izinkan Raja bertakhta sehari
Adat bertandang berbahasa
Kami datang membawa budi
Bukan datang mencabar bahasa
Ada raja bersama kami
Ada istana hendak dibina
Memang ada harta milik kami
Tapi untuk kurnia permaisurinya
Hadir kami membelah bukit
Untuk tuan hajat dibawa
Datang kami membina masjid
Jangan tuan merobohkannya
Santun kami ada budinya
Sopan kami ada sabarnya
Pantun ini bukan isinya
Raja ini untuk permaisurinya
Garang sungguh pendekar Melayu
menggenggam tangan menjadi bara
Pantang sungguh anak Melayu
Menadah tangan meminta-minta
Pantang sungguh anak Melayu
Menadah tangan meminta-minta
Pantang sungguh anak Melayu
Menghalang niat membina istana
Menjunjung sirih memangku hati
Menatang rasa mengharap sudi
Menjunjung kasih setulus budi
Izinkan Raja bertakhta sehari
Wednesday, December 06, 2006
Suka Tahi
Lalat yang masih menghurung najis
sudah ditemani ulat tahi
saling berkenalan
sama-sama makan
yang satu sendawa
yang satu kenyang
yang nyata
sama-sama bangang
sehati dan sejiwa
sama-sama suka tahi
maka kalau tak keluar najisnya
masih lazat dijilat punggungnya
dan jika masih lagi kebulur
sama-sama menjilat dubur
jauh lagikah jarak mereka
untuk tiba ke lubang kubur?
Monday, December 04, 2006
Selera Aku
Biarpun bertaburan di tubuhmu
parut kudis yang menggerutu
menghias betis dan paha
aku masih berselera
Biarpun dikata orang
kau tak jelita dipandang
dan lehermu tidak jenjang
masih ada berahi yang datang
Biarpun gigimu tidak rata
dan suaramu tidak manja
namun siapa yang peduli
kalau ghairah sudah di hati
Aku punya selera
aku punya cita rasa
aku punya suka
kau orang peduli apa?
parut kudis yang menggerutu
menghias betis dan paha
aku masih berselera
Biarpun dikata orang
kau tak jelita dipandang
dan lehermu tidak jenjang
masih ada berahi yang datang
Biarpun gigimu tidak rata
dan suaramu tidak manja
namun siapa yang peduli
kalau ghairah sudah di hati
Aku punya selera
aku punya cita rasa
aku punya suka
kau orang peduli apa?
Keluarkan Aku
Keluarkan aku dari sini
tersepit antara gigi
naga gila yang lupa diri
Keluarkan aku yang kelemasan
dari genggaman yang menyesakkan
cengkaman ganas singa pondan
Keluarkan aku dengan belas
lumurkan dengan ikhlas
air liurmu yang masam pedas
tersepit antara gigi
naga gila yang lupa diri
Keluarkan aku yang kelemasan
dari genggaman yang menyesakkan
cengkaman ganas singa pondan
Keluarkan aku dengan belas
lumurkan dengan ikhlas
air liurmu yang masam pedas
Friday, December 01, 2006
Lalat
Ada lalat berterbangan
hinggap di tempat larangan
meninggalkan najisnya
meninggalkan danurnya
Yang dibuang dari istana
di laman orang berlagak raja
bagai kaduk naik junjung
bagai bekas besar yang kosong
Tidak ada malu
dalam lagak dan laku
lalu tiada harga
dalam setiap tutur kata
Dan umpama lalat berterbangan
hinggap di tempat larangan
ada najis padanya
ada danur padanya
Subscribe to:
Posts (Atom)